Di tengah masyarakat Jakarta, anggapan bahwa diabetes tipe 1 sepenuhnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan seringkali muncul. Namun, benarkah demikian? Mari kita telaah lebih lanjut fakta dan mitos seputar peran gen dalam perkembangan kondisi autoimun ini. Memahami akar penyebab diabetes tipe 1 penting untuk memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat dan harapan bagi para penyandangnya di Jakarta.
Dr. Rina Wijayanti, seorang ahli endokrinologi anak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, menjelaskan dalam sebuah seminar kesehatan daring yang diselenggarakan pada Rabu, 7 Mei 2025, bahwa faktor genetik memang memiliki kontribusi dalam meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes tipe 1. “Individu dengan riwayat keluarga diabetes tipe 1, terutama saudara kandung, memiliki risiko yang lebih tinggi. Gen-gen tertentu yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap respons autoimun yang menyerang sel-sel beta pankreas penghasil insulin,” jelas Dr. Rina.
Kendati demikian, Dr. Rina juga menegaskan bahwa diabetes tipe 1 bukanlah semata-mata penyakit genetik yang pasti diwariskan. Faktanya, mayoritas anak dan dewasa muda di Jakarta yang didiagnosis dengan diabetes tipe 1 tidak memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa. Para ilmuwan di Indonesia dan dunia sepakat bahwa faktor lingkungan, seperti infeksi virus tertentu, diduga kuat berperan sebagai pemicu respons autoimun pada individu yang memiliki predisposisi genetik.
Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta, yang dipublikasikan pada Kamis, 8 Mei 2025, menganalisis data genetik dan riwayat kesehatan sejumlah pasien diabetes tipe 1 di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya kaitan dengan gen-gen tertentu yang mengatur sistem kekebalan tubuh, namun tidak ada satu gen tunggal yang menjadi penyebab utama. Kombinasi faktor genetik dan kemungkinan paparan lingkungan menjadi fokus penelitian lebih lanjut.
“Penelitian kami di Jakarta mengindikasikan bahwa kerentanan genetik saja tidak cukup untuk memicu diabetes tipe 1,” ungkap Prof. Dr. Bambang Sudarsono, ketua tim peneliti FKUI, dalam konferensi pers di kampus UI Salemba pada Jumat, 9 Mei 2025. “Diperlukan interaksi kompleks dengan faktor lingkungan yang masih terus kita teliti lebih dalam.”
Lalu, apa artinya bagi masyarakat Jakarta? Meskipun seseorang tidak dapat mengubah warisan genetiknya, pemahaman tentang faktor risiko genetik dapat membantu dalam upaya deteksi dini dan pengembangan strategi pencegahan di masa depan. Saat ini, fokus utama penanganan diabetes tipe 1 di Jakarta, seperti di tempat lain, adalah pengelolaan kadar gula darah melalui terapi insulin, pengaturan pola makan, dan aktivitas fisik yang teratur.
Petugas dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ibu dr. Fitriani, saat memberikan penyuluhan di Puskesmas Kecamatan Gambir pada Sabtu pagi, 10 Mei 2025, menekankan bahwa meskipun diabetes tipe 1 memiliki komponen penyakit genetik dan autoimun, diagnosis bukanlah vonis. “Dengan edukasi yang tepat, dukungan keluarga, dan akses terhadap pengobatan yang memadai, anak-anak dan dewasa muda di Jakarta dengan diabetes tipe 1 dapat menjalani hidup yang aktif dan berkualitas,” ujarnya.
Sebagai kesimpulan, meskipun faktor genetik berperan dalam meningkatkan risiko diabetes tipe 1, kondisi ini tidak sepenuhnya merupakan penyakit genetik yang pasti diturunkan. Interaksi antara kerentanan genetik dan faktor lingkungan diduga menjadi pemicu utama. Penelitian di Jakarta terus berlanjut untuk memahami lebih lanjut mekanisme perkembangan diabetes tipe 1 dan meningkatkan kualitas hidup para penyandangnya.